
Siapa Tidak Menyayangi, Maka Dia Tidak Disayang
Rasulullah alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya barang siapa tidak menyayangi maka dia tidak akan disayang." (HR Muslim)
Latar belakang hadits ini sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Aqra bin Habis pernah melihat Nabi Shallalhu alaihi wa sallam sedang mencium Sayyidina Hasan RA.
Dia (Aqra bin Habis) berkata sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak namun aku tidak pernah mencium satupun dari mereka.
Kemudian Rasulullah alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya barang siapa tidak menyayangi maka dia tidak akan disayang."
Berkasih sayang merupakan fitrah manusia, Allah Ta’ala memiliki sifat Arrahmaan dan Arrahiim yang Rahmat Nya meliputi semua makhluk, kemudian Allah Taala meberikannya sifat itu kepada makhluk Nya untuk berkasih sayang pula, dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat." (Muttafaq ‘alaih; HR Bukhari wal Muslim dari Abu Hurairah RA)
Karena itulah maka Allah SWT melarang tindakan yang dapat memutuskan kasih sayang itu, ketika seorang muslim dilarang untuk tidak bertegur sapa hingga tiga hari lamanya, dilarang untuk memutuskan silaturahmi bahkan dilarang untuk saling menzalimi dan mengambil yang bukan haknya. Semua tindakan itu akan menyebabkan hilangnya kasih sayang diantara makhluk.
Setiap kita diminta untuk menyebarkan kasih sayang diantara sesama manusia diantaranya adalah dengan saling mengucapkan salam dimana terkandung didalamnya saling mendoakan kebaikan satu dengan lainnya. Islam juga mengajarkan untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang itu agar tampak, seperti bermuka manis terhadap saudaranya, mengucapkan kalimat yang berarti kasih sayang kepada sesama. Salah satu yang menyebabkan kasih sayang juga adalah sikap saling berbagi dan mendahulukan kepentingan saudaranya dibandingkan kepentingan dirinya sendiri. Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda.
Dengan menyebarnya kasih sayang diantara makhluk, maka kehidupan dimuka bumi ini akan terasa damai, sebagaimana digambarkan ketika dizaman khalifah Abu Bakar Assidiq RA, Sahabat Umar bin Khattab RA yang kala itu menjabat sebagi Qadi atau hakim meminta mundur dari jabatannya karena dia merasa jabatannya sudah tidak diperlukan lagi. Ketika dia ditanya oleh Khalifah Abu Bakar RA tentang alasannya meminta mundur dari jabatannya sebagai qadhi beliau menjawab : “Wahai khalifah, pemimpin setelah Rasulullah SAW! Bukan begitu maksud saya. Melainkan karena semua orang Mukmin sudah tidak lagi membutuhkan bantuan saya. Semua orang tahu haknya masing-masing. Tidak ada yang meminta lebih atau mengambil hak orang lain. Semua orang menjalankan kewajibannya, tidak ada yang salah. Semua orang mukmin di sini mencintai saudaranya seperti halnya dia mencintai dirinya sendiri. Jika ada satu orang yang tidak kelihatan, mereka merasa kehilangan dan mencarinya. Jika ada yang sakit, mereka menjenguknya. Jika ada yang miskin, mereka membantunya. Jika ada yang kesulitan, mereka menolongnya. Jika ada yang tertimpa musibah dan kemalangan, mereka ikut berduka cita, berbela sungkawa, dan mendatanginya. Agama mereka jadikan sebagai nasihat. Akhlak dan budi pekerti mereka adalah menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jadi, bagaimana mungkin mereka mempunyai masalah?”
Jadi siapa yang menyayangi orang lain tentunya diapun akan disayang, demikian sebaliknya siapa ang tidak menyayangi tentu dia tidak akan disayang.
Wallahu a’lam.
Sabtu, 20 Februari 2021
Sumber: Broadcast WA