
Resolusi Tahun Baru, Perlukah?
Majalengka, 25 Januari 2021
Tahun baru seharusnya menjadi semangat baru, jangan seperti tahun-tahun lalu, yaitu menunda-nunda pekerjaan. Apabila hal itu dilakukan, maka yang terjadi adalah penumpukan pekerjaan. Hal itu dikatakan oleh Lia Laelatul Sholihat, S.Pd.I., salah seorang guru di SMA Unggulan Al-Mizan Jatiwangi ketika ditanya pendapatnya mengenai arti tahun baru 2021 ini.
"Resolusi kehidupan biasa selalu aku ubah untuk mengejar targetan. Apabila targetan tidak tercapai di tahun ini, maka itu bukan rejekinya," jelas perempuan kelahiran Majalengka, 22 Januari 1992 ini.
"Semoga apa yang diharapkan segera terwujud di tahun ini," terang Lia, begitu ia biasa disapa, yang berdomisili di daerah Ranji.
Lalu, apa sebenarnya resolusi ini? Menurut KBBI, resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Kuncinya di sini adalah permintaan atau tuntutan yang ditetapkan. Kaitannya dengan tahun baru, maka resolusi berarti tuntutan pada diri sendiri menyambut pergantian tahun. Kita yang menentukan, maka kita pula yang bertanggung jawab untuk mewujudkannya.
Berikut ini adalah beberapa catatan dari artikel yang berkaitan dengan Resolusi Tahun Baru.
Pentingnya resolusi tahun baru
Sumber: Ini Alasan Kamu Harus Punya Resolusi Tahun Baru 2021!
1. Bantu fokuskan target dan mimpi yang ingin kamu raih
Tentu kamu memiliki banyak sekali target yang ingin kamu capai. Dengan adanya daftar resolusi itu akan sangat membantu kamu untuk berfokus ke target prioritas kamu. Tapi sebaiknya kamu juga harus rasional dalam membuat resolusi kamu ya!
2. Sebagai acuan untuk menguji kemampuan komitmen
Bagi kamu yang masih lemah dalam berkomitmen, resolusi menjadi hal yang tepat untuk membantu kamu mengatasi itu.
Dengan adanya resolusi di tahun baru, maka kamu telah berkomitmen dengan dirimu sendiri, menyusun rencana dalam kepalamu, berusaha mencapainya dalam setahun ke depan, dan tentunya akan menjadi bahan evaluasi bagi kamu di akhir tahun nanti.
3. Jadi pengingat diri dan motivasi agar kamu memperjuangkan targetmu.
Resolusi tahun baru bisa jadi alarm bagi kamu, tentu dalam menyusun resolusi tahun baru kamu memiliki alasan dibalik target-target yang kamu cetuskan.
Alasan-alasan itu bisa jadi adalah seseorang yang penting dalam kehidupan kita, misalnya dengan kamu ingin membahagiakan orang tuamu dengan mencapai target tersebut.
Alhasil, resolusi ini menjadi motivasi alami dan akan selalu menjadi alarm bagi kamu untuk lebih produktif.
4. Merefresh dan memberikan stimulus otak menjadi lebih bahagia
Dilansir dari hipwee.com, mindset yang semuanya serba baru, tahun baru, rencana baru, dan kemungkinan akan dapat teman-teman baru dapat menstimulus otak dan pikiran kalian menjadi lebih bahagia.
Menyusun rencana baik meneruskan rencana lama ataupun rencana baru menjadi satu frame baru sama halnya dengan me-refresh pikiran kalian!
Resolusi tahun baru akan mempermudah arah kamu untuk berjalan semakin mendekati tujuan, untuk itu kamu wajib banget buat bikin resolusi.
Strategi membuat resolusi
Sumber: Resolusi Tahun Baru, perlukah Anda membuatnya?
"Pada prinsipnya, perlu membuat resolusi atau enggak itu dikembalikan ke kebutuhan masing-masing. Ada orang yang malah menjadi senewen ketika membuat resolusi karena mereka jadi ada target-target di dalam hidup. Dia lebih suka ketika semua mengalir saja. Tetapi ada orang yang menjadi termotivasi dan bisa menghargai capaian-capaian dirinya karena resolusi menjadi hal yang terukur," ujar psikolog klinis dewasa Nirmala Ika.
Menurut Ika, daftar resolusi sebenarnya bukan hanya berisi apa yang ingin Anda raih tetapi juga sebuah kesempatan untuk melakukan refleksi diri.
Pada akhir tahun, Anda bisa melihat kembali hal-hal yang sudah pernah dibuat sebelumnya, mana capaian yang berhasil dan tidak, cara menggapainya selama ini dan bagaimana perasaan Anda pada capaian yang sudah digapai.
"Kenapa berhasil? bagaimana dulu melakukannya? Bagaimana perasaan kita ketika berhasil, apakah sesuai dengan harapan kita, mana yang enggak, kenapa enggak berhasil?, apa yang bisa diperbaiki atau dilakukan untuk membuat itu berhasil di tahun berikutnya, apakah ini totally enggak berhasil atau sebenarnya working progress ke tujuan kita," papar Ika.
Menurut dia, hasil refleksi ini seharusnya bisa menjadi dasar bagi Anda membuat resolusi di tahun berikutnya.
Ika menuturkan, durasi resolusi bisa disesuaikan seberapa besar komplek tujuan yang ingin Anda capai. Dengan kata lain, tidak ada batasan khusus namun lebih pada kemampuan dan kondisi Anda yang realistis.
Hal senada diungkapkan Bernadette Melnyk, wakil presiden untuk promosi kesehatan dan di College of Nursing, Ohio State, Amerika Serikat. Jika berkaitan resolusi Anda berkaitan dengan kesehatan, dia merekomendasikan Anda menetapkan tujuan 30 hari yang realistis.
"Tetapkan tujuan 30 hari yang realistis, spesifik. Semakin spesifik dan realistis tujuannya, semakin besar kemungkinan untuk dicapai," kata dia seperti dikutip dari Medical Xpress.
Membaginya menjadi langkah kecil
Baik Ika maupun Melnyk sama-sama menyarankan Anda membagi tujuan besar menjadi tujuan kecil. Di antara banyak resolusi gagal, ini akibat Anda mencoba terlalu banyak dan terlalu cepat durasi waktunya.
"Saran saya khusus untuk resolusi yang suka gagal tetapi selalu ingin dicapai tiap tahunnya, bisa dicoba di-breakdown menjadi langkah-langkah kecil dalam durasi yag lebih singkat," tutur Ika.
Jika Anda ingin menurunkan bobot tubuh, cobalah beri target berapa kilogram yang harus Anda turunkan, lalu langkah konkret yang akan Anda lakukan misalnya mulai 1 Januari berencana lari kali seminggu, di bulan Februari akan mulai mengatur asupan kalori dan seterusnya.
Studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam The Journal of Consumer Research menunjukkan, berfokus pada jumlah yang lebih kecil dalam mencapai tujuan membuat orang lebih termotivasi.
Misalnya, jika Anda ingin berlari atau berjalan kaki sejauh 8 km, pikirkan cara bagaimana bisa mencapainya dan konsisten.
Bagaimana Anda bisa melakukannya? Ada dua pilihan pemikiran, yakni: "Saya berlari 2 km lalu menggandakannya saat sudah mencapai km berikutnya" atau "Saya sudah berlari 2 km dan masih memiliki 6 km lagi". Menurut penulis buku "Running: A Love Story", Jen A. Miller, berdasarkan studi, Anda mungkin lebih baik dengan yang cara berpikir yang pertama.
"Jadi, saat Anda pertama kali memulai perjalanan menuju resolusi Anda, daripada melihat jumlah besar yang tersisa untuk mencapainya, lihatlah apa yang telah Anda capai," kata dia.
Bagaimana jika resolusi kita gagal?
Terkait kegagalan mencapai resolusi, Miller, mengatakan, kondisi ini antara lain karena Anda membuatnya bukan atas kemauan Anda, terlalu samar dan Anda tidak memiliki rencana yang realistis untuk mencapai resolusi Anda.
Jika toh gagal, asisten profesor bidang informasi dan pengambilan keputusan di Wharton School of the University of Pennsylvania, Katherine L. Milkman menyarankan Anda jangan menyalahkan diri sendiri, dan ketahuilah Anda tidak sendiri.
Selain itu, jangan ragu memulai dari awal misalnya di akhir pekan. Jika Anda melewatkan target di Tahun Baru, Anda dapat memulai lagi besok, pada hari Senin, setelah Hari Valentine atau waktu lainnya selama Anda siap untuk mencobanya lagi.
"Ini tidak akan menjamin kesuksesan, tetapi Anda tidak perlu menunggu sampai tahun berikutnya tiba untuk mencobanya lagi," tutur dia.
Di sisi lain, ingatlah untuk mencatat apa yang sudah tercapai, ingin ditingkatkan lagi dan hal baru untuk dikejar nantinya.
"Jadi list tahun berikutnya tidak hanya berisi panjang mimpi-mimpi yang akhirnya akan gagal lagi untuk dicapai," demikian kata Ika.
Kontributor: Tata Irawan