
SMARTREN; Sepenggal Kisah Membangun Jiwa
oleh Ahmad Muzakki, S.Pd.I
Bulan Ramdhan adalah bulan penuh berkah dan maghfirullah serta wadah mencairnya
kerinduan umat muslim terhadap taqarrub
illah (mendekatkan diri kepada Allah swt). Hampir umat muslim di seluruh
dunia merayakan kedatangannya dengan suka cita dan bahagia. Kekuatan iman di
dalam hati menambah keseriusan penghambaan seorang manusia kepada Tuhan yang
maha Esa dengan memperbanyak dan memperbaiki ibadah pada bulan Ramadhan, baik
yang fardhu (wajib) seperti shalat
lima waktu maupun ibadah atau amalan – amalan sunnah.
Sebagaimana diungkapkan Bapak Abdul Muzaqi, S.Pd.I. salah
satu pemateri Smartren dihadapan para peserta didiknya dalam kegiatan Smartren
Ramadhan, bertempat di Meeting Room SMA
Unggulan Al-Mizan Jatiwangi, Rabu 21 April 2021. Smartren adalah kependekan
dari Smart (bahasa Inggris) yang
berarti pintar; cerdas, dan –tren yang berarti
Pesantren. Smartren merupakan kegiatan rutin yang wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik di SMA Unggulan Al-Mizan Jatiwangi setiap bulan suci Ramadhan.
“Ada banyak amalan-amalan sunnah yang bisa dilakukan oleh
umat muslim pada bulan Ramadhan diantaranya pertama
perbanyak sedekah. Setiap mendengar kata sedekah, yang terbayang dalam pikiran
kita adalah mengeluarkan uang dalam saku atau dompet kemudian uang tersebut
kita masukan ke dalam kotak amal. Sebenarnya menurut ilmu fikih, pengertian
sedekah yaitu Kulluu Ma’ruufin Shodaqah
artinya setiap perilaku yang baik adalah sedekah. Contohnya seorang siswa
berangkat sekolah, diperjalanan ada sampah, kemudian oleh siswa itu diambilnya
sampah dan dibuang ke tempatnya. Beberapa contoh lainnya yaitu membantu orang
yang susah, memberi makan yang lapar, menghibur yang sedang sedih, dan lain
sebagainya. Selain itu juga dalam bersedekah jangan menunggu kaya.”
Kedua makan sahur. Jangan pernah tinggalkan makan sahur walau
hanya sekedar minum air, karena didalamnya terdapat keberkahan. Ketiga memperbanyak doa. Rasulullah saw
bersabda “Tiga orang yang doanya tidak
ditolak Allah swt ; Orang yang berpuasa hingga berbuka, imam yang adil dan
orang yang teraniaya.” (HR. Tirmidzi). Keempat
bersegera berbuka jika waktunya sudah tiba. Kelima bersungguh- sungguh dalam beribadah pada sepuluh malam
terakhir. Keenam menahan diri dari
hal- hal yang dapat merusak pahala puasa. Selain menahan diri dari hal- hal
yang membatalkan puasa seperti makan dan minum, orang yang berpuasa juga wajib
menahan diri dari segala hal yang dapat merusak pahala puasa tersebut. Diantara
perkara yang dapat merusak pahala puasa yaitu riya, ujub, nifak/ munafik,
takabur dan hasud (Runtah).
Adapun yang ketujuh
memperbanyak membaca al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Dalam hadits
Rasulullah saw bersabda “ puasa dan
al-Quran, keduanya akan memberi syafa’at di hari kiamat. Puasa berkata “ ya
Allah, aku telah mencegahnya dari makan dan nafsunya siang hari maka berikanlah
syafa’atku kepadanya.” Al- Quran berkata “ aku telah mencegah tidur malam hari,
berikanlah syafa’atku kepadanya. Maka terimalah syafa’at keduanya.” (HR.
Ahmad ).
Ketika menjelaskan amalan sunnah yang ketujuh tersebut,
pemateri menambahkannya dengan sebuah tayangan singkat yaitu acara yang
diadakan di salah satu stasiun televisi nasional “Hafiz Indonesia.” Dalam
tayangan tersebut mencerikan seorang anak yang bernama Naja yang divonis lumpuh
otak tetapi hafal al-Quran bahkan letak surat, ayat dan halamannya pun hafal.
Beliau sangat bersungguh- sungguh dalam belajar al-Qurannya. Ketika Naja dapat
komentar dari salah satu jurinya bahwa nafasnya kurang, Naja sampai tidak bisa
tidur selama dua hari. Hal itu membuat
jurinya merasa bersalah walaupun apa yang disampaikan demi kebaikan setiap
peserta ke depannya. Terbukti hasil berjuangan Naja pada penampilannya sungguh
luar biasa, nafasnya bisa sampai ketika membaca ayat yang cukup panjang. Juri
tersebut mencium tangan Naja dan mengatakan bahwa saya minta maaf diiringi
dengan tetesan air mata hampir seluruh orang yang menyaksikan di dalam studio.
Adegan tersebut membuat beberapa dari peserta didik
terharu dan meneteskan air mata. Suasana ruangan berubah menjadi hening tanpa
suara. Seorang anak kecil sudah menyiapkan mahkota untuk orang tua dan
menuntunnya ke surga. Sungguh bahagia orang tua yang memiliki anak penghafal
al-Quran. Kita yang dikatakan sempurna, apa yang ada di dalam otak dan hati,
al-Quran atau makanan, uang, harta atau sebagainya. Sudahkah kita mempersiapkan
mahkota untuk dipakaikan kepada orang tua di surga kelak. Salah satu pesan yang
disampaikan adalah tetaplah berusaha menjadi anak yang berbakti kepada kedua
orang tua, bersahabat dengan al-Quran, jaga mulut dari perkataan kotor, dan jadilah
orang yang dermawan.
*) Penulis adalah Guru SMA Unggulan Al-Mizan Mapel Pendidikan Agama Islam