-800x531.jpeg)
Puasa Dan Pesan Keujujuran
Oleh Mas Zaenal
Muhyidin[*]
Marhaban yaa Syahru
Ramadhan # Marhaban Syahrash Shiyaam
Marhaban yaa Syahru
Ramadhan # Marhaban Syahral Qiyaam
Marhaban yaa Qaadimal
Aan # Anti lii Ghaayah Maraami
Biquduumik Yanjaliraan
# Wayazuulul Ightimaam
***
Selamat datang wahai
bulan Ramadan; Selamat datang wahai bulan Puasa; Selamat datang bulan yang denganya
maksud dan tujuanku dapat tercapai. Selamat datang bulan Ramadan, yang dengannya segala susah dan bingung dapat hilang.
Alhamdulillah,
wasyukru alaa ni’amillah. Puasa kita sudah berada dipertengahan bulan dan
diseperpuluh kedua bulan Ramadan. Mudah-mudahan segala amal ibadah yang kita
laksanakan pada bulan puasa ini mendapat ampunan dan rahmat dari Allah Swt. Sebagaimana
dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa sepuluh hari pertama bulan Ramadan adalah ampunan (maghfirah), sepuluh hari kedua
adalah kasih sayang (rahmat), dan sepuluh hari ketiga adalah
pembebas
dari api neraka (‘itqun minan
naar).
Bulan Ramadan kali
ini bagi umat Islam Indonesia masih memiliki kekhususan, karena pada Ramadan kali ini bangsa Indonesia masih diselimuti oleh
kasus-kasus memalukan yang berkepanjangan, yaitu kasus lumpur Lapindo yang
tidak kunjung selesai dan kasus ‘korupsi berjamaah’ yang semakin merajalela. Hal
ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat kepada pejabat dan meningkatnya
kemiskinan dan pengangguran yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai
kerawanan sosial dan keamanan.
Oleh karena itu,
alangkah tepatnya kalau puasa Ramadan kali ini kita jadikan momentum yang tepat
untuk melihat dan mengintrofeksi diri, prilaku, dan sikap kita, baik yang
berhubungan dengan Allah (hablun minallâh) atau yang berhubungan dengan sesama manusia (hablun minannâs).
Salahsatu pelajaran
dan pesan Ramadan berkaitan dengan introsfeksi diri, perilaku dan sikap kita,
baik kepada Allah maupun kepada sesama adalah belajar untuk bersikap jujur.
Jujur (ash-shidqu) yang lawannya dusta (al-Kidzbu) adalah sifat para nabi dan
rasul. Jika kita berbuat jujur berarti kita mengikuti dan meneladani akhlak para
nabi dan rasul.
Sabda Rasulullah Saw
sebagaimana diriwayatkan Aisyah ra : “Sifat
yang dibenci oleh Rasulullah adalah bohong”. Kalau ada orang yang berbohong
sekali, maka tidak akan hilang dalam ingatan Rasulullah sampai orang itu
bertaubat. Mengapa bohong itu sangat serius? dan jujur sangat penting? Jujur
adalah pintu kebaikan. Bohong adalah pintu kejahatan. Artinya, kalau yang kita
buka adalah pintu kejujuran, maka yang akan masuk adalah semua kebaikan.
Seballiknya bohong adalah pintu kejahatan, kalau yang dibuka pintu kebohongan
maka yang akan masuk adalah seluruh kejahatan.
Kaitannya dengan
sifat jujur, dalam sebuah kisah diceritakan, bahwa seorang pejina datang kepada
Rasulullah Saw untuk meminta fatwa dan nasehat bagiamana agar ia dapat berhenti
dari perbuatan zinah-nya. Maka Rasulullah Saw memberikan tips dan nasehat
kepadanya, yaitu untuk tidak berbohong (berlaku jujur pada diri sendiri).
Setelah itu, pezina pun pulang. Pada suatu kesempatan pezina itu akan melakukan
perbuatan zinahnya, namun hatinuraninya berkata, seandaniya aku melakukan ini
lagi, maka apa yang harus aku katakan pada Rasulullah Saw. Jika aku katakan,
bahwa aku melakukannya, maka aku malu. Begitu juga jika aku berbohong, aku pun
malu. Begitu seterusnya hatinurani pezina itu bergejolak, sampai ia dapat menghentikan
perbuatan itu dan bertaubat kepada Allah Swt. untuk tidak melakukannya lagi.
Orang
berpuasa berarti belajar tentang kejujuran
Karena dalam puasa
ada hal yang dirahasiahkan antara orang yang berpuasa (shaaim) dengan Allah Swt. Seseorang berpuasa atau tidaknya tidak
dapat diketahui oleh orang lain, aka tetapi dapat diketahui oleh orang yang
berpuasa itu sendiri dengan Sang Khaaliq-nya, Allah Swt. Begitu juga pahala
orang berpuasa, hanya Allah lah yang berhak atasnya. Sementara amal ibadah lain
pahalanya akan dibalas sesuai dengan amal itu sendiri dan kembali kepada dirinya.
Allah Swt berfirman
dalam hadist qudsinya : "Semua amal
anak-anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang
memberi pahala atasnya." Dengan demikian, puasa dapat dikatakan
sebagai ibadah yang unik. Salah satu keunikannya, puasa merupakan rahasia
antara Allah dan pelakunya sendiri.
Sebenarnya,
orang yang berpuasa dapat secara sembunyi-sembunyi makan atau minum. Seorang
Muslim yang berpuasa tidak akan berbuka sebelum waktunya sekalipun di
sampingnya 'tidak ada' siapa pun juga, sedangkan makanan dan minuman tersedia.
Dia sadar, Allah besertanya. Motivasinya jelas, seperti didorong Allah Swt
dalam surah Al-Baqarah, "agar kamu
bertaqwa."
Bukankah
dengan demikian ada ajaran kejujuran bagi setiap orang yang berpuasa. Orang tak
akan makan, meski hidangan sudah tersedia ketika tanda waktu Maghrib belum
tiba, karena belum hak padanya. Hal ini memberi ajaran kepada setiap Muslim
untuk tidak mengambil apa pun yang bukan haknya. Korupsi, kolusi dan nepotisme
[KKN], jelas negasi dari pesan puasa.
Lalu,
mengapakah Indonesia menempati papan atas dalam kasus-kasus korupsi? Padahal,
Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Rupanya,
tuntunan puasa belum sepenuhnya meresap dalam diri tiap orang yang
menjalankannya
Kenyataannya,
masih ada birokrat Muslim yang setiap tahunnya 'taat' menjalankan puasa,
melupakan pesan kejujuran yang ditekankan pula dalam ibadah Ramadhan. Mereka,
mungkin 'lupa', telah mengambil sebagian harta yang bukan haknya. Kejayaan
dunia, telah menyilaukan, sehingga kejayaan di akhirat yang abadi, terlupakan.
Sebagai
warga Indonesia, sepatutnyalah kita malu dengan predikat negara termaju dalam
korupsi. Kita risau, sebab sinyalemen Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo (alm) beberapa
tahun yang lalu bahwa 30% APBN bocor (dikorup), tampaknya tidak segera
terbaiki. Begitu juga, akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan keterlibatan para
pejabat bangsa ini terlibat korupsi BLBI dan ditemukannya 400 travel check di
DPR.
Sumitro,
tidak pernah menghubungkan hal itu dengan komposisi agama yang ada di
Indonesia. Namun, sebagai Muslim, rasanya kita pun tak bisa menjamin bahwa
saudara-saudara seagama kita yang memiliki kesempatan untuk melakukan
penyimpangan, semuanya sanggup menghindarinya. Entah lari kemana tuntunan
kejujuran dalam puasa setelah Ramadhan berlalu.
Dalam
situasi negara seperti ini, alangkah indahnya, kalau nilai-nilai puasa, bisa
memberi sumbangan bagi kebangkitan Indonesia. Apakah dapat dikatakan kita telah
bertaqwa sementara tak bisa menahan diri dari perbuatan terlarang, korupsi.
Akhirul
kalam, semoga Allah Swt senantiasa melindungi kita, keluarga kita, kerabat
kita, dan para pejabat kita yang shalih.Aamiin
Wakadza
abwaabu niiraan # fiihi tuqladu bihtiraam
Rabbi
asymilnaa bi ihsaan # wa’fu ‘annaa ya salaam
Wakhtimil
‘Umri bi iimaan # ‘inda saa’atil himaam
‘amma
abaa’i wa waladaan # walqaraabah wal arhaam
[*] Penulis adalah guru SMA Islam Al-Mizan dan Ketua RB3 Yayasan Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka
Catatan : Tulisan ini pernah dimuat di Harian Radar Cirebon